Langsung ke konten utama

Keputusan Sang Ayah

pengarang : Unknown

Setelah beberapa lagu pujian seperti biasanya pada hari minggu, pembicara gereja bangkit berdiri dan perlahan-lahan berjalan menuju mimbar untuk berkhotbah.


"Seorang ayah dan anaknya serta teman anaknya pergi berlayar ke samudra Pasifik", dia memulai, "ketika dengan cepat badai mendekat dan menghalangi jalan untuk kembali ke darat. Ombak sangat tinggi, sehingga meskipun sang ayah seorang pelaut berpengalaman, ia tidak dapat lagi mengendalikan perahu sehingga mereka bertiga terlempar ke lautan."


Pengkotbah berhenti sejenak, dan memandang mata dua orang remaja yang mendengarkan cerita tersebut dengan penuh perhatian. Dia melanjutkan, "Dengan menggenggam tali penyelamat, sang ayah harus membuat keputusan yang sangat sulit dalam hidupnya....kepada anak yang mana akan dilemparkannya tali penyelamat itu. Dia hanya punya beberapa detik untuk membuat keputusan.


Sang ayah tahu bahwa anaknya adalah seorang pengikut Kristus, dan dia juga tahu bahwa teman anaknya bukan. Pergumulan yang menyertai proses pengambilan keputusan ini tidaklah dapat dibandingkan dengan gelombang ombak yang ganas. Ketika sang ayah berteriak, "Aku mengasihi engkau, anakku!" dia melemparkan tali itu kepada teman anaknya. Pada waktu dia menarik teman anaknya itu ke sisi perahu, anaknya telah menghilang hanyut ditelan gelombang dalam kegelapan malam. Tubuhnya tidak pernah ditemukan lagi."


Ketika itu, dua orang remaja yang duduk di depan, menantikan kata-kata berikut yang keluar dari mulut sang pembicara. "Sang ayah," si pembicara melanjutkan ,"tahu bahwa anaknya akan masuk dalam kekekalan dan diselamatkan oleh Yesus, dan dia tidak sanggup membayangkan jika teman anaknya melangkah dalam kekekalan tanpa Yesus. Karena itu dia mengorbankan anaknya sendiri. Betapa besar kasih Allah, sehingga Ia melakukan hal yang sama kepada kita." Sang pembicara kembali ke tempat duduknya sementara keheningan memenuhi ruangan.


Beberapa saat kemudian, dua orang remaja duduk di sisi pembicara. "Cerita yang menarik," seorang remaja memulai pembicaraan dengan sopan, "tapi saya pikir tidaklah realistis bagi sang ayah untuk mengorbankan hidup anaknya hanya dengan berharap bahwa teman anaknya akan menjadi seorang pengikut Kristus."


"Benar, engkau benar sekali," jawab pembicara. Sebuah senyum lebar menghiasi wajahnya dan kemudian di memandang kedua remaja tersebut dan berkata, "Tentu saja itu tidak realistis bukan ? Tapi saya ada di sini untuk memberitahu kalian bahwa cerita itu membuka mataku tentang apa yang sesungguhnya terjadi ketika Tuhan memberikan AnakNya untuk saya."Engkau tahu ... sayalah teman sang anak itu".

Postingan populer dari blog ini

Pelayanan Yata Ministry di Gereja Galilea Rutan Klas1 Cipinang

Khotbah Doa Syafaat Oleh Bp.Pdt.Simon Boyo. S,Th Kesaksian Pujian Oleh Warbin Rutan Klas1 Cipinang Penyalaan lilin Dancer dari TPI.GIA-Ps.Minggu turut mengisi Acara Doa Berkat Saat Mendengarkan Firman Tuhan Yg di sampaikan oleh Bp.Pdt.D.Musa.Hukubun.S,Th suasana Pujian Penyembahan Penyalaan Lilin oleh Johny Rimba

bertekad

bertekad, berencana, berbuat, dan berkaca : memiliki tekad adalah permulaan. tanpanya, apapun yang anda lakukan akan gagal. memiliki rencana adalah keharusan. membabi buta hanya akan membawa kegagalan. melakukan apa yang direncanakan adalah konsistensi. tidak ada artinya merencanakan jika pelaksanaan tidak berpatokan pada rencana. mengevaluasi diri adalah kebijaksanaan.  Bertekad, berencana, dan berbuat tidak akan membawa banyak perkembangan tanpa adanya evaluasi. bertekad, berencana, dan berbuat menghasilkan kesuksesan dalam melakukan segala sesuatu. sedangkan berkaca adalah satu-satunya jalan menuju pengembangan wawasan dan kedewasaan diri. - Silly bonehead